Oleh: Hilmania
Ketika kita mempunyai kesempatan untuk menunjukan kemampuan kita dalam sutu perlombaan kenapa kita harus takut dan minder, ketika kita mempunyai kesempatan itu kita harus mengikuti lomba tersebut, kita harus berani menunjukan kemampuan dan kualitas yang kita miliki pada seluruh dunia bahwasanya ini loh saya, saya bisa seperti mereka yang selalu mengikuti berbagai lomba sampai masuk internasional. Ketika kita mempunyai keyakinan dan tekat yang kuat pasti kita bisa melakukan, mewujutkan apa yang kita mau asalkan kita mau berusaha ingat kata-kat ini “Kita harus jadi apa, bukan kita harus jadi siapa”. Tetaplah bersinar meski banyak halangan, rintangan dan cacian yang harus kita lewati. Seperti saya dan teman-teman juga mengalami hal yang sangat menegangkan dimana suatu hari kami mendapatkan informasi bahwasanya akan ada perlombaan tentang “ seminar proposal lomba karya ilmiyah “ yang diadakan di kampus kami yaitu IAI Al-Qolam.
Setiap perlombaan pasti ada yang namanya menang dan juga kalah, siapa sih yang tidak tergiur dengan hadiah setiap peserta lomba pasti mengiginkanya, tapi lain halnya dengan tim saya mengikuti perlombaan bukan untuk menang akan tetapi untuk memenuhi syarat tugas UTS di semester 5 ini yang mana tugas tersebut membuat proposal penelitan dan harus berkelompok 2-3 orang yang nantinya proposal tersebut untuk mengikuti perlombaan. Saat tim kami menyetorkan hasil proposal, kami pasrah bukan asal setor proposal akan tetapi masih ada babak seleksi untuk maju untuk maju ke babak selanjutnya dan itu bukan dari kalangan prodi PAI saja akan tetapi setiap prodi yang ada di IAI Al-Qolam banyak yang antusias mengikuti lomba tersebut.
Pada saat itu kami pasrah dengan hasil yang akan keluar, kami sempat berfikir “Yaudah lah meskipun tidak masuk seleksi gak papa toh kita kita gak minat ikut lomba yang penting kita sudah mendapatkan nilai uts dari Dosen.” Entah apa yang ada di pikiran kami pada saat itu, di sisi lain kami dikejar-kejar soal UTS yang menumpuk, dan kami juga mempunyai tanggung jawab dipondok pesantren yang tidak bisa kami tinggalkan.
Setelah beberapa hari dari penyetoran proposal kami mendapatkan informasi bahwasanya kami lolos dan maju babak selanjutnya, saya pribadi sempat mikir “ kok bisa masuk ya….” Hanya itu yang ada di pikiran ku saat itu. Yang mana dalam babak ini kami harus mempresentasikan dan membuat power point tentang proposal yang berjudul “Pengaruh Sholat Berjamaah Terhadap Pembentukan Kepribadian Santri Putra di Pondok Pesantren Mansyaul Ulum”. Disaat itulah kami tidak menyangka akan masuk babak ini, dari situlah kami bangkit untuk menyelesaikan perlombaan ini bukan karna ingin mendapat Hadiah akan tetapi kami tertangtang untuk menyelesaikan proposal dan ingin menguji mental kami seberapa kuat mental kami, ketika kami di bantai habis-habisan oleh juri setelah menyelesaikan presentasi hasil proposal ini. Tapi Alhamdullilah meskipun proposal kami di bantai habis-habisan kami tetap kuat dan seandainya kami menang dan masuk ke babak selanjutnya kami ingin membuktikan bahwasanya proposal kami layak dipublik.
Disaat itu juga pengumuman pemenang akan segara diumumkan disaat itu kami panas dingin, dan setelah pengumuman keluar ternyata kami tidak lolos lebih tepatnya kalah. Pada saat itu juga kami ingin mundur meskipun kami mempunyai kesempatan satu kali lagi untuk melanjutkan ke babak selanjutnya. Tapi kami ingin mundur karna malus ama diri sendiri bahkan kami sempat marah, tapi tidak tau harus marah pada siapa?
Setalah kami mempunyai fikiran untuk mundur kami sadar untuk apa kami menyelesaikan proposal sampai babak ini dan ada kesempatan satu kali lag untuk masuk “ ke seminar progrees report.” dan pada kesempatan ini kami harus membuktikan pada semua juri yang sudah membaitai kami habis-habisan di depan para peserata seminar, dan kami mempunyai keyakinan untuk memenagakan dan menyelesaikan apa yang sudah kami buat dari awal sampai akhir yaitu sampai “ penyerahan artikel untuk jurnal “ dan ketika kami sampai ditahap ini mulai dari Langkah-lamgkah pembuatan proposal dan meneliti bisa menjadi bekal kami saat kami mengerjaka skeripsi kami kelak.
“Jangan pernah mundur untuk sebuah kekalahan, tapi melangkalah samapi kamu menemukan titik kemenangan itu, karna bagi kami Mundur Berarti Kalah.”
“Lihatlah tantangan sebagai ujian dan lihatlah masalah sebagai teguran.”